17 Februari 2008

JoKi 3 in 1

..PaGi Itu..

Jumat pagi kemaren, hujan rintik sedari subuh masih saja turun, dingin dan basah. Bak sore hari saja. Apalagi di penghujung hari kerja, weekend sudah di depan mata, rasanya berat kaki ini melangkah mandi dan bersiap untuk aktivitas rutin.

Menurut petunjuk waktu buatan manusia (baca: jam), seharusnya di langit ibukota Matahari sudah tampak dan birunya langit memanyungi.

Jumat kemaren adalah hari H + 1 !
H disini maksudnya adalah Valentine's day,
sebab dan akibat dari acara2 spesial kamis malam kemarennya (maklum tgl 1402)
kami 3 serangkai yang biasanya berangkat ke kantor bersama tidak lengkap 1 !

Merujuk peraturan pemerintah kota ini di Sudirman, Thamrin dan sebagian Gatot Subroto, daerah-daerah yang padat gedung perkantoran pencakar langit itu dikenakan three in one ( 3 in 1) pada jam masuk kantor seperti saat itu.

Saya belum lama merantau di ibukota jadi hanya bertanya pada teman perihal three in one ini, katanya Pkl 06.30 - 10.00 dan Pkl 04.30-17.00 semua mobil pribadi yg lewat di daerah tertentu wajib memuat 3 orang penumpang.
Jika kurang dari 3 orang maka bersiaplah dengan pengeluaran mendadak minimal IDR 50,000

Singkat cerita, kami harus memilih salah satu Joki 3 in 1 yang berjejer rapi menawarkan jasa di depan halte busway dukuh atas.


..AnAk ItU..

Mungkin bukan hanya sekedar kebetulan, saat itu anak yg paling kecil pun dipilih sebagai joki. Berkemeja merah,
jeans pendek,
kulitnya hitam terbakar matahari,
rambutnya basah entah karena barusan keramas atau karena disapu hujan rintik.


Pembicaraan terjadi, suatu kisah seorang anak Joki three in one,
mengakunya berusia 15 tahun, sudah putus sekolah sejak kelas 3 SD.
Bapaknya di kampung, Indramayu.
Ibunya jadi TKW di Arab sudah lama tak pulang hanya mengirimkan uang 1-2jta/ bulan untuk Bapak di kampung.

"Aku numpang tidur di rumah teman di dekat sini"
Ia menunjuk daerah dekat jalur kereta api, saya tak jelas yang mana maksudnya.
"Banyak teman juga numpang tidur disitu, untunglah kami semua cukup di beranda rumah"

Saya bertanya kembali untuk memperjelas, jadi maksudnya numpang tidur di rumah adalah numpang di beranda rumah teman. Numpang tidur doang karna mandi nya di air ledeng yang pecah, tapi (katanya) air nya bersih buat mandi.

5 Hari dalam seminggu, hari kerja Senin-Jumat dia biasanya dapat IDR 20.000 dan itu berarti sebagai Joki dia tak terlalu sukses. Pendapatan segitu sama dengan 2 mobil saja.
Kalau apes seharian dia sama skali tak mendapat uang. Pendapatan sehari sama dengan 1x nonton di studio XXI yg termurah.

Saya bingung dan saya bertanya lagu, kenapa anak ini tidak tinggal di kampung saja menemani bapaknya, melanjutkan sekolah atau apalah yang penting dekat dengan keluarganya dan tidak merantau ke ibukota hanya untuk jadi joki.
Jawabnya begitu cepat "Di kampung anak2nya jahat, saya selalu jadi bulan2an. Disini orangnya baek2, sama2 susah tapi baek".

Hhhmmm...
Saya menarik nafas panjang,
sebelum turun di kantor dan memberikan 'bayarannya' saya bertanya "Uang ini untuk apa dek ?". "Dikumpulin Tante. Nanti dibelikan baju".

Anak itu begitu cepat berlalu dari pandangan saya.

Namun Cerita anak itu tak bisa berlalu dari kepala
- Ada anak2 yg numpang tidur di beranda rumah
- Ada Anak2 yg sama2 jadi joki tanpa keluarga di ibukota
- Ada Uang yg dikumpulkan untuk beli baju. Oleh siapa?


..PaSaL iTu...

"Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara".
Demikian bunyi Pasal 34 dalam UUD NKRI. Ini adalah pasal yang paling gampang saya ingat. Kata-katanya mudah diingat dan sederhana, tapi ternyata yang paling juga dilupakan. Seolah-olah tak ada.


Rizky... kau juga ber hak penuh dipelihara oleh negara ini.

Tidak ada komentar: