17 Februari 2008

** C I N T A **

Disini aku menulis berbagi indahnya luapan cinta
Disana kau membagi berita cinta
Cinta mengalir dengan sendirinya
Sebab alirannya tak bisa menjawab,
yang manakah asal dan muasal,
yang manakah sebab dan akibat
Cintaku kehilangan kata untuk membentuk sosok penjelasan
bukan miskinnya kata
tapi meluapnya yang ingin dibagi
Pernahkah ada Cinta dalam hidupmu ??
sekali-kali jangan disangkal
Karena ia mengetuk dengan tulus
Karena ia menyusup dengan lembut
karena ia membagi dengan debar
Ah.. pernahkah mesti dijawab dengan Karena ??
Cinta.
Karna kita pasti dicintai.

Maret 2005,
bls2an puisi dgn T'Beauty SL

JoKi 3 in 1

..PaGi Itu..

Jumat pagi kemaren, hujan rintik sedari subuh masih saja turun, dingin dan basah. Bak sore hari saja. Apalagi di penghujung hari kerja, weekend sudah di depan mata, rasanya berat kaki ini melangkah mandi dan bersiap untuk aktivitas rutin.

Menurut petunjuk waktu buatan manusia (baca: jam), seharusnya di langit ibukota Matahari sudah tampak dan birunya langit memanyungi.

Jumat kemaren adalah hari H + 1 !
H disini maksudnya adalah Valentine's day,
sebab dan akibat dari acara2 spesial kamis malam kemarennya (maklum tgl 1402)
kami 3 serangkai yang biasanya berangkat ke kantor bersama tidak lengkap 1 !

Merujuk peraturan pemerintah kota ini di Sudirman, Thamrin dan sebagian Gatot Subroto, daerah-daerah yang padat gedung perkantoran pencakar langit itu dikenakan three in one ( 3 in 1) pada jam masuk kantor seperti saat itu.

Saya belum lama merantau di ibukota jadi hanya bertanya pada teman perihal three in one ini, katanya Pkl 06.30 - 10.00 dan Pkl 04.30-17.00 semua mobil pribadi yg lewat di daerah tertentu wajib memuat 3 orang penumpang.
Jika kurang dari 3 orang maka bersiaplah dengan pengeluaran mendadak minimal IDR 50,000

Singkat cerita, kami harus memilih salah satu Joki 3 in 1 yang berjejer rapi menawarkan jasa di depan halte busway dukuh atas.


..AnAk ItU..

Mungkin bukan hanya sekedar kebetulan, saat itu anak yg paling kecil pun dipilih sebagai joki. Berkemeja merah,
jeans pendek,
kulitnya hitam terbakar matahari,
rambutnya basah entah karena barusan keramas atau karena disapu hujan rintik.


Pembicaraan terjadi, suatu kisah seorang anak Joki three in one,
mengakunya berusia 15 tahun, sudah putus sekolah sejak kelas 3 SD.
Bapaknya di kampung, Indramayu.
Ibunya jadi TKW di Arab sudah lama tak pulang hanya mengirimkan uang 1-2jta/ bulan untuk Bapak di kampung.

"Aku numpang tidur di rumah teman di dekat sini"
Ia menunjuk daerah dekat jalur kereta api, saya tak jelas yang mana maksudnya.
"Banyak teman juga numpang tidur disitu, untunglah kami semua cukup di beranda rumah"

Saya bertanya kembali untuk memperjelas, jadi maksudnya numpang tidur di rumah adalah numpang di beranda rumah teman. Numpang tidur doang karna mandi nya di air ledeng yang pecah, tapi (katanya) air nya bersih buat mandi.

5 Hari dalam seminggu, hari kerja Senin-Jumat dia biasanya dapat IDR 20.000 dan itu berarti sebagai Joki dia tak terlalu sukses. Pendapatan segitu sama dengan 2 mobil saja.
Kalau apes seharian dia sama skali tak mendapat uang. Pendapatan sehari sama dengan 1x nonton di studio XXI yg termurah.

Saya bingung dan saya bertanya lagu, kenapa anak ini tidak tinggal di kampung saja menemani bapaknya, melanjutkan sekolah atau apalah yang penting dekat dengan keluarganya dan tidak merantau ke ibukota hanya untuk jadi joki.
Jawabnya begitu cepat "Di kampung anak2nya jahat, saya selalu jadi bulan2an. Disini orangnya baek2, sama2 susah tapi baek".

Hhhmmm...
Saya menarik nafas panjang,
sebelum turun di kantor dan memberikan 'bayarannya' saya bertanya "Uang ini untuk apa dek ?". "Dikumpulin Tante. Nanti dibelikan baju".

Anak itu begitu cepat berlalu dari pandangan saya.

Namun Cerita anak itu tak bisa berlalu dari kepala
- Ada anak2 yg numpang tidur di beranda rumah
- Ada Anak2 yg sama2 jadi joki tanpa keluarga di ibukota
- Ada Uang yg dikumpulkan untuk beli baju. Oleh siapa?


..PaSaL iTu...

"Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara".
Demikian bunyi Pasal 34 dalam UUD NKRI. Ini adalah pasal yang paling gampang saya ingat. Kata-katanya mudah diingat dan sederhana, tapi ternyata yang paling juga dilupakan. Seolah-olah tak ada.


Rizky... kau juga ber hak penuh dipelihara oleh negara ini.

15 Februari 2008

3 (tiga) bahkan 4 (empat)


Ada
3 hal yg aneh dalam fenomena manusia

Bahkan 4 hal mutakhir fenomena dialami kaum Hawa:


Harumnya kuntum-kuntum bunga harap

Gadis-gadis yang jatuh cinta


Tingginya kepakan sayap lalang buana

Gadis-gadis yang dihujani cinta


Luasnya tanah gersang dan tandus yang dibiarkan

Gadis-gadis yang putus cinta


Dan


Gigihnya kayuhan sampan

gadis-gadis yang mencari pelabuhan cinta sejati

Dimana kapalnya akan buang sauh



Coretan tanya 7 thn lalu (SMU),

terilhami bacaan dalam kitab suci

Silverqueen di Bulan Februari

"Ini untuk istri saya, kado valentine nanti", demikian ia berujar pelan nyaris berbisik sambil tersenyum ketika mengambil sebatang coklat silverqueen dari kantung plastik yang penuh dengan titipan belanjaan.

Senin 11 Februari 2008, aku ingat benar tengah hari itu, waktu istirahat makan baru saja selesai dan ia baru saja menunaikan salah satu tugasnya sebagai OB (office boy) di kantor, berbelanja atau tepatnya membelikan titipan barang-barang.

Kala itu...
Jemariku sedang asyik bermain di atas keyboard dan mata ku bermain lincah kejar-kejaran dari tumpukan berkas di meja dan layar komputer.
Seketika ada jeda...

Konsentrasiku tercuri begitu saja, ku lirik kalender meja, mencoba mengukur rentang waktu antara tanggal hari itu dan tanggal valentine nanti.
Aku menatapnya dengan senyum dan gumaman dalam hati "cinta sederhana yang indah..."

Aku bertanya padanya kenapa harus ada kado valentine ?

Bapak itu usianya 2x lipat usia ku, namun ketika menjawab pertanyaanku aku bak melihat anak remaja yang lagi bersemu merah.
Bapak hanya ingin memberikan kado kecil di valentine nanti.
Sejak menikah pertengahan tahun lalu, Bapak hanya bisa menafkahinya sedikit tapi dia tak pernah menuntut lebih.
Valentine ini, Bapak ingin memberikannya kejutan kecil itu saja.

Sebuah Kisah cinta pun mengalir dengan indah, sederhana namun indah.
Aku tersenyum dan menjadi pendengar yang baik.
Terbayang kekasih ku yang tak bisa ku jangkau valentine ini. Hhhhmmmm

Sepulangnya dari kantor, kisah OB tadi masih membekas di ingatan ku.
Ketika memilih dan memilah kado untuk ditukar di kantor saat hari valentine nanti, mataku menangkap boneka teddy bear kecil, blue bear yang imut.

Aku mengambilnya dengan segera sambil membayangkan bapak OB,
aku tidak kenal dengan istrinya dan blue bear itu mungkin bukan kado yang cocok tapi entah kenapa... aku ingin menitipkannya untuk istrinya.
Melengkapi kado kecilnya, menemani sebatang silverqueenya untuk seorang ibu guru TK yang dicintai suaminya.


Ia kaget, diam dan tersenyum lebar menerima kotak blue blear.
aku mengguman dalam hati
"Dengan demikian, Harganya sudah lunas saat ini juga"

140208

12 Februari 2008

Half past 5'!

Jakarta amat sangat mendung.
Awan kelabu menutupi langit, menurut penglihatan orang awam, awan2 sudah cukup jenuh.
Sebentar lagi hujan turun,
jika kualitasnya deras mungkin tak kan sampai esok
jika kualitasnya rintik maka besok mentari tak kan muncul.

Harus bergegas, sebelum terkepung hujan!!
(^_^)

CuKuP ?!

Takaran Cukup.
Antrian gumam-gumaman khusyuk itu panjang.
Rapi terangkat naik-naik ke puncak langit tinggi.
Puluhan hari dengan gumaman yang sama.
Satu hari gumam itu menjelma kejadian, pengabulan.
Syukur membuncah
Debaran tak terbendung
Sukacita.


Tapi satu kejadian harus berakhir,
Jika tanpa akhir itu bukan kejadian, itu kekekalan
Dan dalam kedagingan ini satu kejadian harus usai.

Gumam-gumam yang sama terulang kembali
Dengan lebih khusyuk setengah memaksa, memohon, membujuk..
Anak ku…
Kenapa gumam yang sama lagi ?
Sekali kau pinta
Tlah terkabul

Cukup sekali katamu dulu mu

Sekali lagi pinta mu kini

Lagi-lagi tak tahu takaran cukup ?

Hhhhhmmmm….

17/09/07
C.M

11 Februari 2008

Der, Die, Das

Di pertigaan kota muda Airmadidi,
tiga bocah duduk santai menikmati mie bakso 'Japre' = jatah preman.

Die, manis, lincah jika tidak mau dikategorikan tomboi. Rambut cepaknya menyamakannya dengan 2 sohibnya Das dan Der. Tiga sekawan itu mendaki Klabat bersama, menagih japre mie bakso pertigaan bersama hingga bersusah payah menciptakan jembatan kedelai bersama untuk menghafal perkalian di sekolah. Maklum.. Mereka tak suka angka-angka dan matematika



.. to be continued..

Bapak Mawar Putih

Bunga Mawar di tepi karang,
Mengayun lembut ikuti angin
Meyakini diri, di bagian karang yang lain pasti ada keluargaku disana


Sedari pagi hujan gerimis turun di kota ini, setiap butiran bening itu lembut menyapa bumi. Siang jadi tidak terlalu garang oleh karenanya, dan fenomena matahari di belakang hujan memantulkan spektrum warna, Pelangi.

Aku menatap gadis kecil berkepang dua itu. Tanpa perlu melihat penanggalan kalender manusia, aku tahu ini pasti hari yang ke-5 dalam hitungan bulan yang berjalan. Selalu saja Sara duduk di kursi kayu panjang , dibawah pohon cemara dan memandang pelangi yang ujungnya sembunyi malu-malu, seolah-olah menghilang dibawah tebing. Sepanjang sore, dalam diam Sara berbicara banyak dalam goresan pensil pada kertas putihnya.
“Hari makin gelap, ayo masuk ke dalam Sara”
Gadis kecil itu tersenyum lalu berjalan kearahku.
“Oma…”
“Ya sayang ?”
“Oma, Kapan Bapak Mawar Putih menjemputku ?”
“Sara,anakku…Oma sudah bilang, jika ada keluarga baik-baik yang ingin mengangkatmu menjadi anak mereka, kau bisa pergi kapanpun kau mau.”
Aku mengusap kepalanya dengan lembut sambil mencoba mengingat Bapak Mawar Putih yang selalu diceritakan Sara.

Sampai usianya 5 tahun, Sara kecil begitu pendiam dan pasif akan apa saja. Sekalipun ia ketakutan oleh lampu yang padam atau bunyi gemuruh guntur tengah malam, ia hanya akan mengetuk pintu kamarku, menungguku keluar untuk melihat wajahku, lalu kembali ke kamarnya dalam diam.

Sore itu, ada rombongan pemuda datang membagikan hadiah akhir tahun untuk anak-anak panti. Sara seperti biasa, bergeming dan duduk sendirian di kursi kayu dekat tebing curam. Seorang pemuda menghampirinya, aku tak tahu apa yang mereka bicarakan karena dari bingkai jendela aku hanya bisa menangkap senyum lepas Sara dan usapan lembut pemuda itu di kepala Sara. Semalaman mereka bicara di kursi itu, hingga saatnya rombongan pemuda itu pulang.
Hari-hari berikutnya Sara menjadi anak yang ceria dan aktif. Dialah yang menanam setangkai mawar putih di tepi tebing. Semak mawar itu bertumbuh di satu tempat saja dan selalu mekar sepanjang tahun. Ketika kuntum nawar putih yang lama mulai layu, pasti mekar satu kuntum baru. Aku hanyalah Ibu kepala panti, aku tak bisa menerka apa yang membuat, bunga mawar di tepi tebing itu mempertahankan ritual yang sama dan mengapa setiap tgl 5, pelangi muncul di tebing itu.

Pemuda itu tak pernah berkunjung ke panti. Sebagai gantinya, sebuket mawar putih yang indah selalu terkirim untuk Sara. Bapak Mawar putih, begitu Sara menyebutnya, seakan tahu apa saja yang terjadi pada anak itu.

Ketika Sara dan ke-4 teman sebayanya kuhukum berdiri di lapangan panti karena tanpa sengaja memecahkan kaca jendela dengan bola sepak.
Besoknya seorang tukang memperbaiki kaca jendela yang rusak dan membawa buket mawar putih untuk Sara dengan pesan singkat
Nona manisku hati-hati donk kalau bermain. Kalau pecahan kaca itu kena kepala Sara, nanti jadi tambah merah-merah dong ? belum cukup apa jerawatnya merah-merah ? =) Salam sayang, ‘Aku’

Ketika Sara memandu beberapa turis untuk mengambil potret pemandangan di pantai dan gunung di kota ini hingga membuat kakinya mati rasa. Besoknya petugas dari Fuji Film mengantarkan foto cetak dan buket mawar putih untuk Sara dengan pesan singkat
Nona Pujaanku, kalo difoto belajar senyum yang tulus donk, koq seperti terpaksa ? Aha, cincin siapakah yg ada di jarimu itu?=) Salam sayang, ‘Aku’

Ketika Sara hendak pentas dalam fragmen kerajaan, pagi benar buket mawar putih tiba dipanti
Sara, kau pasti bisa menjadi dia seutuhnya. Aku sudah berpesan ke pengawal agar tidak terlalu kejam menyeret nonaku di panggung ! Oke ? =) Salam sayang, ‘Aku’

Ketika Sara menyanyi dalam paduan suara di suatu kebaktian, kali ini mawar putih datang lagi dengan pesan amat singkat
Jika Tuhan berkenan kita akan segera bertemu. Sara, maukah kau ? Aku-mu

Sara tercengang dan berlarian memberitahuku. Bapak Mawar Putih, akan datang menemuinya. Apakah dia adalah Bapak sungguh Sara ? Siapa? Dimana saja ia selama 15 tahun ini, mengawasi Sara tanpa ketahuan ?

Sara juga tak ingat lagi wajah pemuda yang menjadi Bapak Mawar Putih yang begitu menyayanginya. Sara seperti tak butuh penjelasan panjang. Sara hanya meyakinkanku untuk turut yakin, Ah, binar mata anak itu seakan meyedot semua keraguanku.

“Oma..aku yakin Bapak Mawar Putih akan menemuiku hari ini”
“kau yakin ia datang hari ini, Sara?”
“Makanya Oma juga harus siap-siap ya?”
Sara berlalu dengan senyum manisnya. Hari makin sore, mendung memayungi bumi. Bapak Mawar Putih belum kunjung juga.

Ting Tong.. Ting Tong…
Seorang bocah membawakan sebuket Mawar Putih untuk Sara.
“Dik, dimana Bapak Mawar Putih ?”
“Hhmm..kakak..merunduk dong..”
“Apa dia datang menyusulmu sebentar lagi?”,
Tanya Sara sambil menundukkan kepalanya.
Bocah itu mencium kedua pipi Sara dan merangkulnya.
Kakak Sara terlalu Perfect untuk menjadi kakakku..”
Kemudian bocah itu lari meninggalkan panti, menembus guyuran hujan.

Sara bergeming membaca pesan dari Bapak Mawar Putih
Sara, kau terlalu perfect untuk menjadi anakku. Maafkan keegoisan dan kepengecutanku. Andai saja aku bisa, Ahh…tapi aku kehabisan kata
Bumi,
Bulan,
Matahari,
Pelangi,
Maafkan aku. Sungguh maaf. Mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu lewat rangkaian indah Mawar Putih, karena itu lebih baik untuk semuanya .Lupakanlah aku.
Yakinlah, kau selalu dihatiku
Dengan segala ketulusan. ‘Aku’.

Dalam diam tubuh Sara bergetar.
Lirih ia menatap mataku dan berkata,
“Oma..oma.. ada apa dengan Bapak Mawar Putih?”
“Oma..kau tahu nama lengkap Bapak? ”
“Oma..aku bahkan tak tahu cara menghubunginya !”
“Oma..apakah ia sakit? Apakah Sara mengecewakannya?”
“Oma... Sara disuruh melupakannya?”
“Oma..Oma…?”
“Sara anakku, Bapakmu pasti punya penjelasannya sendiri. Iya kan ?”
ada Jeda.
Sara mengangguk, memeluk buket mawar putihnya, dalam diam ia duduk di kursi kayu panjang di bawah pohon cemara. Sore itu hujan rintik begitu puas menyapa bumi.

Dari bingkai jendela panti…
Aku seperti melihat kombinasi satu lukisan,
Ada gadis berbaju putih..
Ada sekuntum mawar putih yang mekar dengan anggunnya di tepi tebing.
Ada Pelangi yang ujungnya seolah tertelan kabut tebing.
Perlahan,.
Ada rembulan sabit memayungi putri sulung si Bapak Mawar Putih.


30 Maret 2005,

ketika jemari fajar menyentuh kisi bumi

"Hari Minggu Kampus Libur"



Hari Minggu kampus libur. Tempat parkir utama kosong, dalam hari penciptaan memang sudah diatur yang Kuasa hari ketujuh untuk istirahat. Niscaya, keluarga berkumpul berbagi waktu setelah 6 hari lamanya dicuri si pekerjaan.

Rimbunnya pohon tempat berteduh beragam mahasiswa kini sepi, sendirian. Aku senang bisa terbang sesuka hati. Tanapa pandangan manusia-manusia itu. Tak perlu risih dan risau. Adakah terbangku indah? Ahh… ketenangan.

“Cuit..cwitt” Ah, siapakah yang bertamu di pohon ini? Baiklah ini bukan pohonku sendiri. Yang Kuasa menciptakannya untuk dibagi bersama makhluk hidup lainnya. Tidak seperti keluarga, yang dipersatukan dan justru tidak boleh dibagi dengan pihak-pihak asing, jelmaan si ular kutukan.

Cuit..Cwitt

“Wah..papa, papa dengal.. ada sepasang bulung belnyanyi
Meleka belnyanyi apa papa? ”,
gadis kecil berkepang dua, berbaju terusan merah menyala itu menarik tangan Bapaknya dan menunjuk ke dahan disamping kanan ku.

“Mereka sedang menyanyikan lagu cinta. Indah bukan?”
Bapak itu menaikkan si gadis kecil di bahunya.

“Papa…kalau lagu papa untuk mama?”
“Ah..nanti burung-burung itu terbang kalau papa nyanyi”.
Manusia itu beranjak dengan senyum dan pelukan

Aduh… tercuri sudah ketenanganku siang ini. Aku menyimak dengan saksama. Ali-ali nyanyian cinta, sepasang burung gereja itu sementara menggerutu dan berdebat hebat. Yang Betina marah besar mengetahui si Jantan membuatkan sangkar bagi burung betina lain yang baru saja pindah ke pohon di ujung sana, dekat gerbang masuk kampus.

Aku terbang dari dahan hijau ini, mencoba mendekati si gadis kecil. Kasihan dia..jangan mau dibodohi. Itu bukan lagu cinta tapi perkelahian sepasang burung, keluarga burung. Tapi yang keluar dari diriku hanya Cicit.. Cwuit, Si gadis kecil akhirnya berlalu sambil tersenyum bahagia. Sia-sia usahaku.

Kenapa manusia berpikir begitu mudah? Aku juga bingung. Apakah semua suara kami itu diterjemahkan sebagai lagu cinta? Astaga betapa berbahagianya aku. Sudahlah.. aku terbang lagi ke dahan tadi. Menghirup oksigen bebas dari setiap helaian daun, si kaya klorofil. Ahh.. ketenangan.

“Papa..itu mobil siapa?”

Hah..mobil? si gadis kecil itu pasti bermimpi. Sudah kubilang ini hari Minggu. Kampus libur. Mana ada mobil.

“Papa..itu boneka Wulan?
Itu kan boneka Teddy Beal.. yang ketinggalan di mobil kemarin.Itu...di dalam mobil”
Si gadis kecil menarik-narik tangan Bapaknya.

“ Mama..?”
kemudian pria itu membisu.
Mendekat ke mobil Kijang Biru milik Keluarga,
yang dikendarai istrinya.
Meninggalkan anaknya yang mulai merengek.

“Papa..tunggu wulan..Hiksss”

Wah, aku si burung dara ini seperti mendapat tontonan gratis di studio twenty one.

Aku memutuskan menghibur si gadis berkepang dua. Asih toh, semua ucapanku dianggapnya lagu cinta. Aku menukik lalu merendah berputar di sekitar si gadis berkepang dua. Dia tersenyum sebentar mendengar suaraku, tapi kau tahu apa yang kunyanyikan? Aku hanya mengeja A, B C, D, hingga Z. Aku burung dara yang pintar bukan? Jadi semua suara yang kuhasilkan bunyinya unik dan berbeda.

Senyum wulan tidak berlangsung lama. Entah kenapa dia lari menerobosku.

“Mama… Hiks..Mama, gendong wulan ma”

Hening. Hanya mata beradu.

“Wu..wulan? Kenapa disini?
Ah..Papa??”

Aku mencium adanya bahaya. Aku pun menjauh. Manusia yang marah benar juga, sangat membahayakan.

Wanita cantik yang disapa Mama oleh Wulan, barusan keluar dari Ruangan Lab. Digandeng oleh pria separuh baya. Gandengan itu terlepas dengan kikuk. Bapak Wulan mengepal tangannya dan menghancurkan kaca mobil didepannya.

Bahaya..bahaya..teriakku ke seluruh makhluk hidup di seputaran kampus. Sementara terbang menjauh aku menangkap suara lantang

” Ma, apanya yang mobil kita dipinjam menjenguk dosen di Rumah Sakit?
Ini Kampus. Atau mama kelewat pintar hingga lupa ini bukan Rumah sakit..”

Bahaya..bahaya.. aku si burung dara yang cantik, manis, menjadi tenaga sirene sukarelawan. Capek juga aku terbang keliling kampus, mana matahari juga ikut menonton hingga teriknya bukan main menyengat kami di bumi.
-- J e d a --
Warna pohonku rasanya hanya Hijau dan coklat.
Aku terbang mendekat…mulai memelan..apa aku salah mengingat rumah pohonku?
Hijau pohonku menjadi merah menyala.
Hmm..Tunggu!
Makhluk itu bergerak-gerak,
berkepang dua,
berkaki dua,
Astaga.. Bahaya.. teriakku lagi.
Terbang mempercepat..
Turun teriakku dalam ujud Citt..cuitt… Bagaimana ini.
Aku panik.

Aku terbang ke Bapak si gadis. Menarik kemejanya, topinya, entah apa saja yang bisa ditarik. Aku terbang ke wanita yang dipanggilnya Mama. Menarik rambutnya. Apa saja.. Suapaya mereka bisa melihat si gadis kecil menaiki pohonku sendirian.

Ptass… Ah..gelap..pandanganku, sayapku..

Aku sempat melihat Wanita itu menamparku dengan buku labnya yang berat. Sesaat kemudian dia berteriak histeris..

Gedubrak.. bunyi dahan patah, ah..merah menyala, disampingku.

Wulan tidak menangis namun meringis.
Dia menggenggam sangkar burung gereja yang tadi berkelahi.
Wulan tersenyum.
Dia memberikan sangkar burung gereja dan aku ke tangan Bapaknya.

“Pa..maaf neh..Cuma depe sangkal.. Bulung geleja tadi udah telbang”
‘Ma..ini ada bulung dala cantik”

‘Aahh…..Kenapa wulan??”

“Jangan malah pa Wulan neh..
Wulan.. ambe itu bulung supaya boleh ganti akang pa papa..”
Uhuk.huk..

Gumpalan darah keluar bersama batuk si gadis kecil

“Cupaya..bulung boleh menyanyi akang lagu cinta for mama deng pa..pa. “

Kemudian semuanya gelap. Entah berapa lama aku juga pingsan.. Begitu aku sadar, sayapku sudah sembuh.

=== Hari Minggu, kampus libur ===

Kemudian disinilah aku.
Kembali di kampusku, tapi bukan di pohonku. Karena pohonku sudah ditebang esoknya setelah memakan korban seorang gadis kecil.

Kemarin sore, Bapak dan Ibu Wulan melepaskan aku disini, biar bisa terbang bebas katanya. Mereka tak henti-hentinya menangis dan berangkulan.

Ah…terbang bebas? Rumah pohonku sudah hilang, ditebang kecelakaan.
Ah..mereka berbaikan? Si gadis kecil sudah hilang, dimatikan kepolosan

Hari Minggu, kampus libur.

Pandanganku kosong terhadap langit,
mulutku terkering oleh panasnya udara
Berjalan dibawah sinaran bulan
menapaki jejak-jejak langkah Yang setengah berbayang,
Menuju kemanakah aku ??


Akhir Oktober 2004

Perkenalan Awal - Ich bin...

Bayi tidak pernah bisa memilih namanya.
Dalam tangisan pertama,
Ia belum bisa mengeja alphabet a,b,c,d
Ia belum bisa merangkai abjad menjadi 1 kata
Sebelum buku kumpulan arti nama-nama bayi bisa Ia pahami, minimal satu, dua kata telah diberikan untuknya sampai ia tak bisa menangis lagi.

Nama ku tidak diambil dari kitab suci mana pun
Nama ku bukan pula tokoh masyarakat, bukan pula tokoh pahlawan tempo doeloe
dan bukan nama warisan nenek moyang
Papa mengambilnya dari sebuah buku.
Buku silat, serial kungfu yang bersambung.
(katanya) terlaris pada jamannya...

Alkisah dalam salah satu kisah Kho Ping Ho, ada seorang putri dari negeri bambu.
Seorang putri yang tentunya jago kungfu, cantik dan pembela kebenaran.
Namanya unik. Hanya 1 katu, 1 nama yang tak lazim.
Cyanthi

Entah ada hubungannya atau tidak, waktu kecil aku punya 1 cita-cita, bisa jago kungfu, terbang di atas genteng rumah dan membela kebenaran di muka bumi ini.

Entah ada hubungannya atau tidak, aku belajar membaca dari serial kungfu, video-video bersambung yang disewa dan diputar papanya.

Arti sebuah nama
Sejarah sebuah nama

(^_^)