21 September 2008

Unter den Linden

Ujung-ujung jari mati rasa.

Membeku di tengah kota yang kerap menggilas sejarah

- dan mendirikannya kembali.



Aku mencandra sekalian kekinian,

kecendekiawanan, kebebalan.

Yang dramatis dan penuh harap,

berpunggungan dengan elok.

Ragam gagasan melumuri gerigi-gerigi hasrat.

Di bumi manusia, mesin-mesin memerinding kuduk lalu beringsut.



Pijar-pijar lampu mulai memendar,

meneguhkan batas struktur dan latar.

Orang bergegas. Lekas.

Selekas angin memilir yang tegak dan tergeletak;

membawa Linden kering terbang pendek-pendek,

di atas balok cor, jalan, tanah, rumput.


Di tengah lapang yang lapang,

jari-jari mati rasa.




PO,November 2004

Tidak ada komentar: