07 Oktober 2008

KakaK-AdiK Yatim, dan Malaikat pelindung

Adik kecil berpakain kumal menelusuri gang-gang kumuh
Matanya awas mencari tempat berteduh
Menyembunyikan kepala dari langit malam
(barang semalam saja pikirnya)
dari sudut gang yang sama anak lelaki menatap betul ke depan
saksama mencari kejelasan sosok mungil yg sendirian

mereka bertemu oleh kepedihan

Dua mata menatap tanya
Dua hati saling memperhatikan
Dari dua cerita kehidupan yang maha - sendirian
Terciptalah satu hubungan tulus
Perlindungan dan Persaudaraan

Anak laki makin dewasa, menatap setiap jengkal
Pertumbuhan, perubahan, adiknya tersayang
Harta satu-satunya, serenity penyejuk itu makin dewasa
Berikrar dalam hati…
Tak akan ada yang bisa merebutnya
Dua anak satu batin


----- = = = = = J E D A = = = = = -----
Malaikat Pelindung pengembara kota Metro
Maichel yang lembut menawarkan mimpi indah tuk anak2 terbuang
Hatinya tertambat pada si kecil, anak gadis
Yang duluan dimiliki sang kakak.

Maichel mendekat, menawarkan kehangatan dan pengabulan mimpi
(kakak terusik)

Malaikat ini menjadi musuh di mata kakak
(hartanya hendak direbut roh ‘tiba-tiba’ dan tidak wajar ini )

Maichel ini mengundang senyum manis dari wajah si adik
(kakak pedih, heran menampung tanda tanya)

“ Mari kubawa kau melintasi Metro dari atas, menatap keindahan dunia di luar sana dengan cara yang berbeda ”
“mengabulkan mimpi adik kecil, -itu saja-“
(adik tersenyum penasaran,polos, sedikit tertarik)
(Kakak menatap tajam, menbanding2kan tak rela, tapi… izin terlontar juga)

Adik kecil dibawa Maichel…
Sang kakak menatap kelam dari sisi bumi dgn kepedihan yang terdalam

“kenapa kakakku? Aku jadi nangis lihat dia nangis kak malaikat…”
Maichel hanya tersenyum hangat ‘nikmati saja perjalanan Mu’
“Padahal kan Cuma dipinjam kak Malaikat semalam saja… Hihihi kakak sayanggg sama aku yach? Lucu deh. Aku khawatir nih..”

(Maichel tertegun, menatap jauh ke masa lalu dan masa depan)

Memang aku salah memilih anak…
Kakak beradik terlalu saling memiliki, polos –semoga saja-
Padahal aku hendak membawanya ke atas sana
Dimana berlimpah kemewahan dan ketentraman
“tapi disana tak ada kakak-ku… Aku ingin kakak”,celetuk adik polos.

Maichel tertawa lepas… terbahak-bahak.
“Baru kali ini Malaikat dikalahkan anak ingusan !!!”

secepat kilat mereka kembali ke gang kumuh itu tadi.
Kakak menangis tersudut, terlelap karena kelelahan menyesali diri.
Si adik langsung berlari
Menguap dan tertidur nyaman tepat disebelah kakak
Dia tersenyum lega… walaupun beralaskan kardus kumal.
“Terima kasih kak Malaikat. Met tidur ! “

Maichel hanya tersenyum, menggeleng-gelengkan kepalanya
Dan mulai menghilang bagaikan buih sabun

( . . . semoga persaudaraan kalian abadi . . . )


Oktober 2002

-------------------------------------------------------------------------------
dimuat di Ranomawuri Sulutlink

Tidak ada komentar: